cvtogel Dalam era modern ini, berbagai bentuk modifikasi tubuh atau body modification semakin marak dilakukan demi alasan estetika, ekspresi diri, hingga budaya subkultur tertentu. Salah satu tren ekstrem yang mulai mencuri perhatian adalah prosedur belah lidah atau dikenal sebagai tongue splitting. Baru-baru ini, seorang wanita viral di media sosial setelah membagikan kisahnya menjalani prosedur ekstrem ini. Keputusannya membelah lidah demi estetika mengundang banyak reaksi, terutama karena efek samping yang cukup serius: kesulitan berbicara.
Apa Itu Tongue Splitting?
Tongue splitting adalah prosedur medis non-tradisional yang membelah lidah secara vertikal menjadi dua bagian, menyerupai bentuk lidah ular. Prosedur ini biasanya dilakukan oleh profesional modifikasi tubuh (body modification artist) dan bukan oleh dokter medis, karena belum mendapat legalitas resmi di banyak negara, termasuk Indonesia.
baca juga: jadi-tersangka-jan-hwa-diana-tahan-108-ijazah-eks-karyawan-di-rumahnya
Motivasi orang melakukan belah lidah bervariasi. Ada yang melakukannya untuk menonjolkan identitas pribadi, mengikuti subkultur tertentu seperti gothic atau extreme body art, hingga alasan estetika karena dianggap “unik” dan “menarik secara visual”.
Kasus Viral: Wanita Membelah Lidah, Akibatnya Sulit Bicara
Seorang wanita asal Amerika Serikat, yang identitasnya dirahasiakan, baru-baru ini menjadi viral karena memamerkan lidah bercabangnya melalui akun media sosial. Dalam pengakuannya, ia melakukan prosedur tersebut karena merasa bentuk lidah belah lebih “estetik dan mencerminkan kepribadiannya yang tidak biasa”.
Namun, efek samping langsung terasa. Ia mengalami kesulitan dalam berbicara, terutama saat melafalkan huruf-huruf tertentu yang melibatkan gerakan ujung lidah seperti “L”, “S”, dan “R”. Tak hanya itu, ia juga mengaku mengalami kesulitan makan selama beberapa minggu pasca prosedur serta rasa nyeri yang intens.
Risiko dan Efek Samping Tongue Splitting
Meski terlihat sederhana, prosedur tongue splitting memiliki risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan, antara lain:
-
Infeksi: Lidah adalah organ yang sangat sensitif dan lembab. Jika tidak dilakukan secara steril, potensi infeksi sangat tinggi.
-
Perdarahan berlebihan: Karena banyaknya pembuluh darah di lidah, risiko perdarahan besar bisa terjadi.
-
Gangguan bicara permanen: Banyak pelaku prosedur melaporkan gangguan artikulasi dan pelafalan kata yang menetap.
-
Kerusakan saraf: Prosedur yang salah bisa merusak jaringan saraf di lidah, menyebabkan mati rasa atau kehilangan fungsi motorik.
Dalam dunia medis, mayoritas dokter gigi dan THT tidak merekomendasikan tindakan ini karena manfaatnya tidak sebanding dengan risikonya. Bahkan di beberapa negara, seperti Jerman dan Australia, tindakan tongue splitting tanpa izin medis bisa dianggap ilegal.
Reaksi Publik: Apresiasi vs Kekhawatiran
Foto-foto lidah belah yang diunggah wanita ini memicu berbagai reaksi. Sebagian mengapresiasi keberaniannya dalam mengekspresikan diri. Namun tak sedikit yang mengungkapkan kekhawatiran atas dampak kesehatannya, serta mempertanyakan apakah tren ini bisa memengaruhi remaja yang mudah terpengaruh media sosial.
Banyak netizen juga menyoroti bagaimana platform media sosial kini menjadi ruang pamer modifikasi tubuh ekstrem, yang meski menarik, sering kali tidak disertai edukasi risiko yang cukup.
Penutup: Keputusan Estetika yang Harus Dibarengi Edukasi
Kasus wanita yang membelah lidah demi estetika ini menunjukkan bahwa tren modifikasi tubuh ekstrem bukan hanya soal penampilan, tapi juga tentang risiko kesehatan yang besar. Keputusan untuk melakukan prosedur seperti tongue splitting sebaiknya disertai dengan pengetahuan mendalam, konsultasi profesional, dan kesadaran akan dampak jangka panjangnya.
Estetika adalah soal pilihan pribadi. Namun kesehatan dan fungsi tubuh tidak bisa dikompromikan hanya demi tampilan yang berbeda.
sumber artikel: www.igroviyeavtomaticlub.com